Rabu, 08 September 2010

latihan lompat mengangkat lutut

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Olahraga sekarang bukan hanya bersifat rekreasi tetapi juga bertujuan untuk kesegaran jasmani, pendidikan, pengobatan dan meningkatkan prestasi yang dilakukan secara individu, kelompok maupun massal.
Menurut Soekarman (1992) pembinaan olahraga sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia diarahkan pada peningkatan kondisi kesehatan fisik, mental dan rohani manusia dalam upaya membentuk watak dan kepribadian, disiplin dan sportifitas serta pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya agar dapat meningkatkan citra bangsa dan kebanggaan nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga dilingkungan sekolah, pengembangan olahraga prestasi, upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta menciptakan iklim yang lebih mendorong masyarakat untuk berpartisipasi serta bertangung jawab dalam membina dan mengembangkan olahraga. Perlu ditingkatkan upaya pembibitan olahragawan, pembinaan pelatih, penyediaan sarana dan prasarana olahraga, pengembangan sistem olahraga yang efektif termasuk pemberian penghargaan bagi olahragawan terutama atlit, pelatih dan guru yang berprestasi serta pengembangan sekolah- sekolah yang mempunyai fasilitas olahraga yang lengkap.
Karena salah satu tujuan dari pembinaan dan pengembangan olahraga di sekolah adalah meningkatkan prestasi, maka untuk dapat meningkatkan prestasi siswa hendaknya ditempuh melalui pendekatan secara ilmiah. Sebab pada dasarnya seorang calon juara yang berbakat harus ditolong kehadirannya bahkan memerlukan asuhan, pembinaan maupun pengarahan untuk dapat mengembangkan dan mencapai prestasi puncak.
Untuk memperoleh prestasi yang optimal diperlukan suatu latihan yang kontinyu dan terprogram. Latihan adalah suatu aktivitas olahraga yang sistematis dalam jangka waktu yang panjang ditingkatkan secara bertahap dan individual yang ditujukan untuk pembentukan fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk memenuhi tuntutan tugas (Harsono, 1993) . Tugas tugas dalam olahraga membutuhkan unsur-unsur kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan daya ledak.
Daya ledak dalam cabang olahraga tertentu seperti bola basket, sepakbola, lompat tinggi, tinju, bola voli dan bulu tangkis dan lain-lain sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi, karena daya ledak akan menentukan seberapa keras seseorang memukul, seberapa jauh melempar, seberapa cepat seseorang berlari, dan seberapa tinggi seseorang melompat untuk melakukan smash dalam permainan bulu tangkis.
Menurut Radliffe (1995) daya ledak dapat dikembangkan dengan latihan plaiometrik antara lain melangkah, melayang, mengayun, memutar dan melompat mengangkat lutut. Latihan lompat-lompat adalah latihan yang mempersiapkan otot tungkai untuk bekerja secara efektif dan efisien, disamping itu latihan lompat juga ditujukan untuk mengembangkan kekuatan dan kecepatan karena adanya peningkatan sistem dan fungsi organ tubuh serta peningkatan efesiensi kerja sehingga menghasilkan daya ledak yang dapat meningkatkan yang prestasi atlit.
Menurut (Soekarman, 1992 ) latihan lompat mengangkat lutut dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai terutama dalam melakukan gerakan smash dalam permainan bulu tangkis. Gerakan daya ledak smash dalam permainan bulu tangkis dibutuhkan seorang siswa terutama pada saat smash maupun blok, tetapi kemampuan tersebut belum dapat dikuasai secara sempurna.
Hasil pengamatan penulis terhadap prestasi olahraga bulu tangkis di SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas belum menggembirakan, hal tersebut dapat diamati belum berprestasinya pada siswa SMP Negeri Mangunharjo pada pertandingan bulu tangkis pelajar, karena pada siswa SMP Negeri Mangunharjo kurang memiliki smash yang baik sehingga tim bulu tangkis SMP Negeri Mangunharjo kurang memiliki smasher yang dapat menentukan kemenangan dalam permainan. Untuk melakukan smash yang baik seorang siswa harus memiliki lompatan yang tinggi.
Sudah cukup banyak penelitian yang dilakukan tentang lompat-lompat baik menggunakan alat maupun tanpa alat, tetapi khusus mengenai lompat mengangkat lutut pengaruhnya terhadap ketinggian smash dalam permainan bulu tangkis belum pernah diteliti. Berkenaan dengan itu perlu diteliti sejauh mana pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash dalam permainan bulu tangkis. Dengan diketahuinya seberapa besar pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash dalam permainan bulu tangkis dapat dijadikan sebagai alternatif bentuk latihan dalam permainan bulu tangkis di SMP Negeri Mangunharjo dimasa yang akan datang.
Semoga informasi yang akan diperoleh besar manfaatnya untuk dijadikan pedoman dalam rangka pembinaan fisik permainan bulu tangkis kedepan guna meningkatkan prestasi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan “ apakah ada pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas ”

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang disusun maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti penelitian ini berfanfaat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .
2. Bagi pelatih, guru, maupun pembina olahraga sebagai bentuk latihan alternatif dalam menyusun program latihan untuk meningkatkan prestasi olahraga bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .
3. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman maupun acuan dalam menggali penelitian sejenis guna meningkatkan prestasi bulu tangkis di SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .


E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kajian teori yang ada, maka disusunlah suatu jawaban sementara yang selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang akan dilakukan yakni : ada pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Latihan
Untuk mencapai prestasi yang optimal bagi seorang atlit banyak faktor dan interaksi yang mempengaruhi kemampuan salah satunya adalah latihan. Latihan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mempersiapkan atlet pada tingkat tertinggi penampilannya yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban yang semakin tinggi/meningkat (Harsono, 1993). Soekarman (1992) menyatakan latihan dalam pengertian fisiologis adalah suatu perbaikan system dan fungsi organ dalam tugasnya untuk mewujudkan suatu prestasi atlet. Pate (1990) berpendapat latihan dapat meningkatkan efesiensi beberapa organ tubuh dan fungsinya yang terlibat dalam pelaksanaan latihan.
Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikan stress fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sehingga dapat menimbulkan kemampuan didalam melakukan kerja (Soekarman,1992).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan fisik yang teratur dan berkesinabungan akan dapat menambah kemampuan kerja organ dan keterampilan atlet, dengan demikian latihan bertujuan untuk meningkatkan penampilan fisik.
B. Tujuan Latihan
Menurut Bompa (1992) yang utama dalam latihan adalah dilakukan secara berulang-ulang serta meningkatkan ketahanan guna untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, latihan fisik juga bertujuan untuk pencapaian penyesuaian biologis agar didalam tugas khusus dapat ditampilkan secara optimal.
Bompa (1992) merinci tujuan latihan sebagai berikut:
a. Untuk mengembangkan kepribadian
b. Untuk kondisioning dengan sasaran utama meningkatkan ketahanan, daya ledak, dan kecepatan.
c. Untuk meningkatkan teknik
d. Untuk meningkatkan taktik
e. Untuk meningkatkan mental
Pada prinsipnya latihan harus sesuai dengan kebutuhan dan harus terjadi stress biologis guna menghadapi tugas atau pakerjaan yang lebih berat. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Soekarman (1992) jika ingin mengembangkan kekuatan harus latihan kekuatan, jika ingin mengembangkan kecepatan harus latihan kecepatan, dan jika ingin mengembangkan daya tahan harus latihan daya tahan.
Dibawah ini tujuan latihan menurut Bompa (1992):
a. Untuk meningkatkan fisik secara umum
b. Untuk mengembangkan fisik khusus sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni
c. Untuk menyempurnakan koordinasi gerakan dan menyempurnakan teknik cabang olahraga tersebut
d. Untuk meningkatkan dan mengembangkan strategi
e. Untuk meningkatkan kepribadian serta kemauan yang keras, kepercayaan diri, ketekunan, semangat serta disiplin
f. Untuk menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal
g. Untuk mencegah terjadinya cedera
h. Untuk memelihara kesehatan atlet
i. Untuk meningkatkan pengetahuan secara teori dengan memperhatikan dasar-dasar fisiologis, psikologis dan gizi
C. Prinsip Latihan
Seorang pelatih dituntut untuk mengetahui dan memiliki pengetahuan tentang prinsip latihan karena bentuk dan beban latihan sangat berpengaruh dalam mamgembangkan kondisi fisik atlet.
Menurut Fox (1998) prinsip dasar latihan adalah sebagai berikut:
a. Mengenal sistem enersi utama yang digunakan
b. Menyusun program latihan yang akan lebih mengembangkan sistem enersi tersebut melalui prinsip overload.
Prinsip latihan yang lebih rinci adalah sebagai berikut:
a. Prinsip pengembangan secara keseluruhan atau gabungan.
b. Prinsip ini diutamakan pada awal latihan yaitu pengembangan fisik secara umum (general physical preparation) menuju ke pengembangan fisik secara khusus (specifik physical preparation) dan penyempurnaan kemampuan khusus (perfect specifik biomotor abilitie).
c. Prinsip beban berlebih (the overload principle).
d. Latihan akan mempunyai efek yang baik apabila organ tubuh diberi beban melebihi beban yang diterimanya setiap hari, bila beban latihan tidak cukup memberikan tambahan beban bagi organ tubuh, maka latihan tersebut tidak mempunyai manfaat. Karena pengaruh dari latihan tidak menimbulkan adanya perubahan dalam organ tubuh.
e. Prinsip Beban bertambah (The principle of progresive resistance).
f. Beban kerja yang diberikan dalam latihan agar ditingkatkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan setiap atlet.
g. Prinsip beban bertambah ini berdasarkan efesiensi fungsional organisme serta kapasitas kerja meningkat secara bertahap dalam kurun waktu yang lama (Soekarman, 1992). Latihan dengan peningkatan yang drastis akan membutuhkan waktu dan penyesuaian latihan yang lama untuk dapat berprestasi,tetapi bila rangsangan latihan (beban kerja) berkurang akan mengurangi pengaruh latihan dan dalam jangka waktu yang panjang akan terjadi kemerosotan fisik dan psikologis sehingga dapat menurunkan prestasi.
h. Prinsip Kekhusussan (Principle of specification).
Prinsip kekhusussan adalah latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang mengarah pada perubahan morfologis dan fungsional yang berkaitan dengan cabang olahraga (Bompa,1983).
Prinsip kekhususan ini meliputi:
1. Kekhususan terhadap kelompok otot yang terlatih.
2. Latihan berurutan ditunjukkan kepada otot-otot utama dan otot-otot pembantu, dimulai dengan otot yang besar kemudian dilanjutkan dengan otot yang kecil.
3. Kekhususan terhadap pola gerak.
4. Latihan yang harus mengarah kepada keterampilan khusus.
5. Kekhususan terhadap sistem enersi utama.
6. Latihan harus memperhatikan sistem enersi utama setiap cabang olahraga.
7. Kekhususan terhadap sudut sendi
8. Kekhusussan terhadap jenis kontraksi.
i. Prinsip Individu (The principle of individulity).
Pada dasarnya masing-masing atlet berbeda karakteristik baik secara fisik maupun psikologis, dengan demikian maka dalam menyusun program latihan setiap individu tidak sama intensitasnya
j. Prinsip Latihan Beraturan (The principle of arangment of exercise).
Kelompok otot-otot yang kecil cenderung cepat lelah lebih cepat dari pada otot-otot yang besar. Dalam memberikan latihan hendaknya dimulai dari kelompok otot yang besar baru kemudian kekelompok otot yang kecil, sehingga pelaksanaanya lebih mudah. Jangan memberikan latihan pada kelompok otot secara beruntun.
k. Prinsip Latihan Berpariasi (The principle of variety).
Untuk mengatasi kejenuhan dalam latihan maka latihan yang dilakukan harus bervariasi sehingga dapat menghilangkan kebosanan pada atlet.
l. Prinsip Kembali Asal (The principle of reversibility).
Latihan harus berkesinabungan karena hasil yang diperoleh selama latihan akan menurun kembali apabila tidak melakukan latihan dalam waktu tertentu.
m. Prinsip Pemanasan, Latihan inti dan Pendinginan.
Prinsip ini menekankan kepada prosedur pelaksanaan latihan agar sesuai dengan prinsip adaptasi tubuh terhadap sistem cardiovascular, respirasi pulmonaris, dan prinsip pembebanan latihan.





D. Unsur latihan
a. Pemanasan
Menurut Soekarman (1992) latihan harus didahului dengan peregangan (stretching) kemudian dilanjutkan dengan pemanasan (warming up). Disamping itu dalam melakukan latihan fisik harus melalui tiga tahap yaitu pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan sirkulasi serta mengoptimalisasi temperatur sehingga enzimatik dapat berjalan lebih baik. Sedangkan peregangan bertujun untuk menjaga unsur-unsur kelentukan dan mencegah terjadinya cedera otot.
Menurut Harsono (1993) dengan melakukan pemanasan yang baik akan dapat:
1. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot bertambah
2. Aliran darah ke otot yang melakukan aktivitas bertambah
3. Viscositas (kekentalan) darah menurun
4. Dapat menghindari cedera

Selain itu menurut Soekarman (1992) dengan melakukan pemanasan akan dapat dikembangkan:
1. Pembuluh darah akan lebih lebar, aliran darah serta oksigen akan lebih banyak.
2. Akan terjadi peningkatan suhu tubuh yang mengakibatkan menurunnya kekakuan. Dengan demikian tendon dan ligamen akan semakin elastis dan dapat teregang dengan baik.
3. Kepekaan receptor akan meningkat
4. Kemampuan relaksasi akan meningkat
5. Kerja sama neuro muscular akan lebih baik
6. Kesiapan psikhis meningkatkan (perhatian dan konsentrasi) sehingga mempengaruhi koordinasi gerak
b. Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan fungsi kuat rangsang syaraf yang digunakan dalam latihan, sedangkan kuat rangsang tergantung pada beban, kecepatan, pelaksanaan gerakan, interval,istirahat serta ketegangan psikologis yang menyertai latihan tersebut.Untuk menentukan intensitas latihan sebaiknya menggunakan metode denyut jantung (heart rate mathode) dengan menghitung target heart rate (THR) yang akan dicapai dalam latihan.
c. Volume Latihan
Volume latihan juga disebut sebagai durasi latihan yang mencangkup waktu latihan, jarak yang ditempuh/diangkat setiap satuan waktu dan jumlah ulangan unsur teknik yang dilakukan dalam satuan waktu tertentu. Volume juga mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan selama satu unit latihan/satu fase latihan.

d. Latihan Inti
Latihan inti merupakan latihan pokok dalam setiap kegiatan latihan karena setiap latihan akan berhasil jika memperhatikan unsur ini. Dalam latihan inti dapat dilakukan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Mempelajari dan menyempurnakan elemen teknik
2. Mengembangkan kekuatan
3. Mengembangkan kecepatan
4. Mengembangkan daya tahan
Dalam penelitian ini latihan inti adalah latihan lompat mengangkat lutut irama cepat dan latihan lompat mengangkat lutut irama lambat untuk mengembangkan daya ledak, kekuatan dan daya tahan otot tungkai.
E. Daya Ledak (Eksplosive Power)
Power merupakan unsur yang sangat penting untuk melakukan aktifitas atau gerakan yang meledak. Power itu sendiri merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan. Power menentukan seberapa keras seseorang dapat memukul, melempar, menendang; seberapa tinggi atau jauh seseorang dapat melakukan lompatan atau loncatan seberapa cepat seseorang dapat berlari dan sebagainya.
Power adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif. Unsur penentu power adalah kekuatan otot, kecepatan rangsang syaraf dan kecepatan kontraksi otot. Power atau daya ladak adalah hasil kerja persatuan waktu yang merupakan gabungan antara kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum.
Power otot adalah gabungan dari kekuatan dan kecepatan, yakni kemampuan untuk mengeluarkan gaya (force) dalam waktu yang singkat, untuk memberikan momentu yang terbaik pada tubuh atau objek untuk membawanya ke suatu jarak yang diinginkan.
F. Latihan Lompat Mengangkat Lutut
Dalam proposal penelitian ini yang dimaksud dengan latihan lompat mengangkat lutut adalah latihan lompat-lompat dengan lutut diangkat setinggi dada dengan tungkai bergantian.
Menurut Radcliffe (1995) yang terpenting dalam latihan lompat mengangkat lutut adalah mengangkat lutut setinggi mungkin dan meluruskan tungkai tumpu, paha tungkai ayun diangkat mendatar dan tungkai tolak lurus, tungkai tolak sampai lurus sedangkan tungkai yang lain dengan lutut ditekuk sampai dada.
Fungsi anatomi dari latihan lompat mengangkat lutut ini adalah fleksi paha sedangkan otot yang mendukung quadriceps, hamstring dan gastroenemius. Latihan lompat mengangkat lutut ini dilakukan 3 kali dalam seminggu, selama 6minggu. Ini sesuai dengan pendapat fox (1998) bahwa jumlah latihan 3 kali seminggu adalah jumlah latihan yang sesuai bagi pemula, dalam arti dengan 3 kali seminggu akan terjadi peningkatan yang sangat berarti tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Fox (1998) juga berpendapat latihan maximal untuk dua tungkai meluruskan (extensi) dan membengkokkan (fleksi) lutut dan pinggul dan sebanyak 3 kali seminggu dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan. Lamanya latihan lompat setiap set dapat dilakukan selama 30 detik, dengan periode cepat dengan bentuk kerja dinamis adalah 4-5 set dengan maksimal 10-20 kali.
Dengan memperhatikan metode latihan daya ledak yang dikemukakan oleh para ahli dan teori-teori lain dalam tinjauan pustaka, maka disusun program latihan sebagai berikut:
- Intensitas latihan : 60%
- Lama latihan : 6 minggu
- Frekuensi latihan : 3 kali seminggu
- Jumlah ulangan per set : 60%
- Lama latihan per set
- Istirahat per set : 2 menit
- Jumlah set : 4-6 set
Untuk lebih jelasnya program latihan yang dilakukan dapat dilihat dalam lampiran proposal ini.





G. Permainan Bulu tangkis
Permainan bulu tangkis adalah salah satu cabang olahraga yang dapat dimainkan dalam ruangan maupun diluar ruangan. Permainan ini dimainkan dalam sebuah lapangan yang terbagi dua bagian yang dibatasi oleh net dalam ukuran dan lebar tertentu dengan menggunakan raket.
Permainan bulu tangkis di Indonesia sudah tersebar luas bahkan kemajuannya telah dikenal oleh negara-negara lain. Oleh karena itu kita harus dapat membina dan meningkatkan prestasi yang setingi-tinginya demi mempertahankan dan mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dapat terwujud apabila pembinaannya dimulai dari SD, SMP dan SMA sehingga diperoleh bibit yang benar-benar berbakat untuk berprestasi.
Untuk dapat bermain bulu tangkis dengan baik menurut Suparno (2009) pemain harus mempunyai beberapa teknik dasar :
a. Cara memegang raket
Untuk dapat memukul bola dengan baik harus terlebih dahulu mengetahui cara memegang raket yang tepat dan benar terutama bagi siswa SD dan SMP sebagai pemain pemula. Ada beberapa pegangan raket dalam permainan bulu tangkis yakni pegangan geblok kasur yaitu memegang raket seperti kita memegang geplokan kasur atau kapak, sedangkan cara memegang yang kedua adalah cara pegangan Inggris, dikatakan pegangan Inggris karena pemain Inggris kebanyakan memegang raket dimana telunjuk dan ibu jari membentuk huruf V, sedangkan jari-jari yang lain-lainnya ditempatkan dibelakang membantu memperkuat pegangan.
b. Pukulan Bola
Dalam permainan bulu tangkis bermacam-macam cara melakukan pukulan terhadap bola yang datang dari pihak lawan yakni pukulan lob, forhand, backhand, drive, chop, service dan pukulan smash. Dari beberapa pukulan di atas pada penelitian hanya akan dibahas tentang pukulan smash.
Pukulan smash dimulai dari sikap kaki dan posisi badan ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan bola yang datang tinggi melambung. Pada saat bola datang dengan kaki kiri agak kedepan (bagi pegangan kanan) dengan lutut agak dibengkokkan dan badan menghadap kedepan agak dilentingkan kebelakang. Bola yang dipukul pada saat berada diatas kepala atau agak kedepan ayunkan lengan hingga lurus kedepan.
c. Ketinggian Smash
Yang dimaksud ketinggian smash dalam penelitian ini adalah siswa melakukan gerakan smash dengan bola yang digantung yang ketinggiannya diukur dengan cm. Hasil ketinggian adalah jarak dari lantai ketinggian smash.


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksprimen lapangan karena dilaksanakan dalam situasi nyata, dimana variabel bebas diberikan perlakuan pada kondisi yang ada secara seksama melalui program latihan yang disusun secara sistematis (Zainuddin, 1999).
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Pre test Post test Control Group Design (Zainuddin, 1999). Adapun gambarnya sebagai berikut :

KO Tanpa Perlakuan
P R S Pre Op Post Test
K1 Perlakuan


Keterangan :
P = Populasi
R = Random
S = Sampel
Pre = Pre test (ketinggian smash)
Op = Ordinal Pairing
KO = Kelompok kontrol tanpa perlakuan
K1 = Kelompok perlakuan (latihan lompat mengangkat lutut)
Post Test = ketinggian smash
C. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa Laki laki kelas VII SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas dengan jumlah 254 orang.
b. Sampel
Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah siswa Laki laki kelas VII SMP Negeri Mangunharjo dengan jumlah 60 orang (10 % dari Populasi). Menurut Arikunto (1998) untuk menentukan besar sampel dapat dihitung 10 – 15 % dari Populasi yang ada.
c.Teknik Sampling
Untuk menentukan sampel dengan menggunakan teknik random sampling dan membagi kelompok perlakuan maupun kontrol dengan cara ordinal pairing berdasarkan hasil pre test.
D. Variabel Penelitian
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas
Latihan Lompat Mengangkat Lutut
b. Variabel Tergantung
Ketinggian smash .
c. Variabel Kendali
Jenis kelamin yakni laki-laki
E. Definisi Operasional Variabel
a. Pengaruh Latihan
Sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan akibat dari latihan lompat mengangka lutut.
b. Latihan Lompat Mengangkat Lutut
Latihan mengangkat lutut adalah suatu proses latihan melompat keatas (vertical) dengan menumpu satu kaki, lutut yang lain diangkat setinggi dada (menyentuh salah satu telapak tangan yang berada didada), kemudian segera melakukan lompatan lagi dengan kaki tumpu yang lain, mendarat dengan satu kaki. Gerakan tersebut dilakukan berulang ulang dengan ketentuan program latihan sebagai berikut :
- Lama latihan = 6 minggu
- Frekuensi Latihan = 3 kali seminggu
- Jumlah set = 6 – 8 set
- Intensitas latihan = 60 % (ulangan maksimal)
- Interval Istirahat = 2 menit
- Beban latihan = berat badan sendiri.


c. Ketinggian smash
Adalah gerakan melakukan smash dengan bola yang digantung yang ketinggiannya diukur dengan cm. Hasil ketinggian adalah jarak dari lantai ke tinggian smash.
F. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 minggu bulan April 2010.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lapangan SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .
G. Pengukuran Ketingian smash
a. Orang coba berdiri dengan mengambil ancang-ancang untuk melakukan lompatan
b. Kemudian orang coba mengambil awalan dengan menekuk kedua lutut, badan sedikit membungkuk
c. Dengan gerakan ancang ancang orang coba melakukan lompatan dengan melakukan smash dengan bola yang digantung.
d. Orang coba diberikan kesempatan melakukan lompatan sebanyak 3 kali, hasil yang tertinggi dicatat sebagai hasil akhir.




H. Peralatan dan Lapangan
a. Peralatan
1) 2 buah stop watch merek citizen dengan ketelitian seperseratus.
2) 1 Net bulu tangkis dan 4 buah reket
3) 1 buah pluit merek Fox, 1 buah meteran
4) Bola bulu tangkis 2 tabung.
b. Lapangan
Lapangan olahraga SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .
I. Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji T pada taraf kepercayaan 95 %.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel 4.1. pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 pret pelakuan - post perlakuan -1.69000E1 6.50385 1.18743 -19.32858 -14.47142 -14.232 29 .000
Pair 2 pret kontrol – postk .60000 2.14315 .39128 -.20027 1.40027 1.533 29 .136

Dari tabel 4.1 dengan menggunakan uji t sampel berpasangan ada cukup bukti untuk menolak hipothesis null p value 0,000 < dari α 0,05. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan pada kelompok sampel efektif untuk meningkatkan ketinggian lompatan smash bulu tangkis hal ini terlihat dari hasil pengukuran ketinggian lompatan smash bulu tangkis sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan Latihan lompat mengangkat lutut.
B. Pembahasan
Latihan lompat mengangkat lutut adalah latihan lompat-lompat dengan lutut diangkat setinggi dada dengan tungkai bergantian.
Menurut Radcliffe (1995) yang terpenting dalam latihan lompat mengangkat lutut adalah mengangkat lutut setinggi mungkin dan meluruskan tungkai tumpu, paha tungkai ayun diangkat mendatar dan tungkai tolak lurus, tungkai tolak sampai lurus sedangkan tungkai yang lain dengan lutut ditekuk sampai dada.
Fungsi anatomi dari latihan lompat mengangkat lutut ini adalah fleksi paha sedangkan otot yang mendukung quadriceps, hamstring dan gastroenemius. Latihan lompat mengangkat lutut ini dilakukan 3 kali dalam seminggu, selama 6minggu. Ini sesuai dengan pendapat fox (1998) bahwa jumlah latihan 3 kali seminggu adalah jumlah latihan yang sesuai bagi pemula, dalam arti dengan 3 kali seminggu akan terjadi peningkatan yang sangat berarti tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Fox (1998) juga berpendapat latihan maximal untuk dua tungkai meluruskan (extensi) dan membengkokkan (fleksi) lutut dan pinggul dan sebanyak 3 kali seminggu dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan. Lamanya latihan lompat setiap set dapat dilakukan selama 30 detik, dengan periode cepat dengan bentuk kerja dinamis adalah 4-5 set dengan maksimal 10-20 kali.
Dengan memperhatikan metode latihan daya ledak yang dikemukakan oleh para ahli dan teori-teori lain dalam tinjauan pustaka, maka disusun program latihan sebagai berikut:
- Intensitas latihan : 60%
- Lama latihan : 6 minggu
- Frekuensi latihan : 3 kali seminggu
- Jumlah ulangan per set : 60%
- Lama latihan per set
- Istirahat per set : 2 menit
- Jumlah set : 4-6 set











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penetlitian yang telah dilakukan maka dpat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan lompat mengangkat lutut terhadap ketinggian smash bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas.
B. Saran
Bagi pelatih, guru, maupun pembina olahraga sebagai bentuk latihan alternatif dalam menyusun program latihan untuk meningkatkan prestasi olahraga bulu tangkis pada siswa SMP Negeri Mangunharjo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas .









DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bompa.TO, 1992, Theory and Methodologi of Training, The Key to Athletic Performance, Dubuque Iowa, Kendal Hunt Publishing Company.

Fox, 1998, Physiological Basis Of Physical Education and Athletics, Philadelphia, 4 th. Ed Saunders College Publishing.

Harsono, 1993, Metodologi Latihan, Seminar Nasional, Jakarta.

Pate RR, 1990, Ilmu Dasar Kepelatihan, Universitas Negeri Semarang, (terjemahan) Semarang.

Radcliffe, 1995, Explosive Power, Champaign, Human Kintics Publisher,

Soekarman, 1992, Dasar-Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlit, Jakarta, Inti Indayu Press.

Soeparno, 2009, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Depdiknas, Jakarta.